Pilihan yang Terbatas: Bertahan atau Pergi?
Indah (44), warga lainnya, juga mengalami nasib serupa. Ia dan suaminya ingin pindah ke tempat yang lebih layak, tetapi keterbatasan ekonomi menghalangi mereka. Sebagai tukang urut dan kuli bangunan lepas, penghasilan mereka tidak cukup untuk mencari tempat tinggal yang lebih luas.
"Planning pengin pindah ada, tapi duitnya belum ketemu rejekinya," ujar Indah pasrah.
Meski begitu, ia tetap bersyukur dan berusaha bertahan dengan apa yang dimiliki.
Berjuang di Tengah Keterbatasan Ekonomi
Kondisi ekonomi yang sulit menjadi penghambat utama bagi warga Tanah Tinggi untuk mendapatkan hunian yang lebih layak. Banyak di antara mereka bekerja serabutan sebagai tukang bangunan, pemulung, atau pengamen.
Robet, salah satu warga RW 12, harus mengamen keliling Jakarta hingga Tangerang untuk menghidupi istri dan anak-anaknya. Sebelumnya, ia bekerja sebagai petugas kebersihan taman di sebuah hotel, tetapi harus kehilangan pekerjaannya tiga tahun lalu.
"Sekarang pengin nyari kerja tetap, tapi kepentok di tato," ungkapnya dengan nada kecewa.
Hunian Layak Masih Jadi Impian
Ketua RW 12, Imron Buchori, mengungkapkan bahwa sekitar 700 keluarga tinggal di 300 rumah di wilayahnya. Bahkan, dalam satu rumah, bisa terdapat hingga tujuh keluarga yang tinggal bersama.