Pemilihan Umum (Pemilu) 2029 akan menjadi momen krusial dalam perjalanan panjang bangsa Indonesia. Di tengah beragam tantangan dan peluang, Pemilu 2029 bukan hanya sekadar ajang memilih pemimpin, tetapi merupakan penentu arah masa depan negara ini. Apakah Indonesia akan bergerak menuju Indonesia Emas atau justru terjebak dalam ketidakpastian yang akan membuat kita semua dalam keadaan cemas? Banyak yang percaya bahwa fondasi pendidikan yang diletakkan sekarang adalah salah satu kunci untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Persiapan untuk mencapai cita-cita Indonesia Emas harus dimulai dari pendidikan. Pendidikan yang berkualitas tidak hanya akan melahirkan generasi yang cerdas dan produktif tetapi juga mampu berinovasi dan bersaing dalam era globalisasi. Namun, sayangnya, tanda-tanda untuk memprioritaskan pendidikan di tanah air ini masih jauh dari harapan. Anggaran pendidikan yang seharusnya meningkat justru sering kali tergerus oleh kebutuhan mendesak lainnya, termasuk upaya untuk meraih suara rakyat menjelang pemilu.
Pemilu 2024 menjadi saksi bisu bagaimana kebijakan bansos (bantuan sosial) digunakan sebagai alat untuk pemenangan salah satu calon. Dengan alokasi bansos sebesar 497 triliun rupiah yang digulirkan hanya H-2 sebelum pemilu, kita dapat melihat bagaimana kebijakan publik sering kali dipolitisasi untuk kepentingan jangka pendek. Kegiatan ini menciptakan fenomena yang berpotensi merugikan proses demokrasi, di mana kebijakan jelas dimanfaatkan untuk meraih suara, bukan untuk kepentingan masyarakat yang berkelanjutan.
Isu ini sangat penting untuk diperhatikan menjelang Pemilu 2029, di mana hasil dari pendidikan yang diterima generasi muda saat ini akan terlihat. Jika edukasi tidak jadi prioritas, maka kita akan menghadapi persoalan serius di masa depan. Generasi yang kurang terdidik akan sulit berpartisipasi aktif dalam demokrasi dan cenderung manipulatif. Hal ini bisa berujung pada tingkat apatisme yang tinggi terhadap pemilu, yang pada akhirnya akan merugikan kualitas pemimpin yang dihasilkan.