Beberapa orang yang terinfeksi HPV mungkin tidak akan mengalami gejala atau komplikasi apa pun. Bahkan, virus ini bisa menghilang dengan sendirinya berkat respons imun tubuh. Namun, kondisi ini tidak berlaku bagi semua orang.
Bagi mereka yang telah terinfeksi, khususnya wanita yang menunjukkan gejala seperti munculnya kutil kelamin, dokter akan menyarankan untuk menjalani pemeriksaan ulang secara berkala. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa infeksi tidak berkembang menjadi sesuatu yang lebih serius.
Penting juga untuk diingat bahwa infeksi HPV bukan hanya soal kanker serviks. Virus ini juga dapat menyebabkan kanker anus, penis, dan bahkan tenggorokan dalam beberapa kasus. Maka dari itu, penanganan yang tepat dan deteksi dini sangat krusial.
Vaksinasi HPV: Perlindungan Utama yang Tak Boleh Diabaikan
Cara paling efektif dalam mencegah infeksi HPV dan kanker serviks adalah melalui vaksinasi. Vaksin HPV saat ini telah menjadi bagian dari program imunisasi nasional karena manfaatnya yang sangat signifikan dalam menurunkan risiko kanker leher rahim.
Berikut adalah panduan vaksinasi HPV sesuai dengan kebijakan dari Kementerian Kesehatan Indonesia:
-
Anak perempuan usia 9–13 tahun dianjurkan mendapatkan dua dosis vaksin HPV dengan jeda waktu 12 bulan.
-
Perempuan usia 13–45 tahun sebaiknya menerima tiga dosis vaksin: dosis kedua diberikan dua bulan setelah yang pertama, dan dosis ketiga enam bulan setelah dosis kedua.
Vaksin ini bekerja paling efektif jika diberikan sebelum seseorang aktif secara seksual. Namun, mereka yang sudah aktif tetap disarankan untuk divaksin karena risiko infeksi HPV tetap ada sepanjang hidup.