Ketika ditanya tentang bantahan dari pihak China, Trump tetap bersikukuh bahwa pembicaraan antara kedua negara tengah berlangsung. Ia menyatakan, “Mereka sudah menggelar pertemuan pagi ini,” meskipun tidak merinci siapa yang dimaksud dengan ‘mereka’. Pernyataan ini ia sampaikan dalam kesempatan yang sama saat bertemu Perdana Menteri Norwegia.
Di tengah perang tarif yang memanas ini, Amerika Serikat mengenakan tarif yang sangat tinggi, mencapai 245% pada produk-produk asal China. Sebagai respons, China membalas dengan tarif 125% terhadap barang-barang yang diimpor dari AS. Ketegangan tarif ini menciptakan dampak negatif yang luas, baik bagi perekonomian kedua negara maupun bagi pasar global.
Laporan dari The Wall Street Journal mengindikasikan bahwa pemerintahan Trump sedang mempertimbangkan untuk menurunkan tarif tersebut menjadi 50%. Namun, Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, segera membantah isu tersebut. Ia menyatakan, “Tidak ada rencana pasti untuk menurunkan tarif.” Menurut Bessent, saat ini kedua belah pihak tampak saling menunggu untuk melanjutkan pembicaraan. Ia juga menambahkan bahwa situasi tarif yang ada saat ini mirip dengan embargo dagang, yang pastinya tidak menguntungkan bagi siapa pun yang terlibat.
Pasar saham mencatatkan sedikit lonjakan pada Rabu sebelumnya berkat optimisme beberapa investor yang berharap ketegangan dagang bisa mereda. Namun, keesokan harinya, indeks berjangka mengalami penurunan dratis menyusul sinyal yang bertentangan dari kedua negara. Menurut Gaurav Mallik, Kepala Investasi di Pallas Capital Advisors, kondisi ini menunjukkan bahwa selama belum ada kepastian mengenai tarif atau kesepakatan dagang besar, pasar akan terus mengalami fluktuasi. Ia menambahkan, “Ini masih bagian dari koreksi pasar. Prosesnya bisa memakan waktu beberapa bulan.”