PKK ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh Turki, Amerika Serikat, dan Uni Eropa. Ankara telah berulang kali meminta sekutu NATO-nya, Amerika Serikat, dan negara-negara lainnya, untuk menghentikan dukungan kepada YPG. Sebelumnya, Kementerian Pertahanan Turki mengklaim bahwa angkatan bersenjata telah berhasil menewaskan 21 milisi YPG-PKK di Suriah utara dan Irak.
Dalam wawancara dengan Reuters, komandan SDF (Pasukan Demokratik Suriah) Mazloum Abdi mengakui keberadaan milisi PKK di Suriah untuk pertama kalinya. Ia menyatakan bahwa mereka telah membantu memerangi ISIS dan akan kembali ke rumah jika gencatan senjata total disepakati dengan Turki, yang merupakan tuntutan utama Ankara. Abdi membantah adanya hubungan SDF dengan PKK, mencoba untuk meredakan ketegangan yang ada.
Erdogan juga mengumumkan bahwa Turki segera akan membuka konsulatnya di Aleppo dan memperkirakan peningkatan lalu lintas di perbatasannya pada musim panas tahun depan karena sebagian dari jutaan migran Suriah yang ditampungnya mulai pulang. Hal ini menunjukkan upaya Turki untuk memperbaiki dan memperkuat hubungan dengan Suriah, termasuk bersiap menghadapi perubahan situasi di wilayah tersebut.
Ancaman Erdogan terhadap milisi Kurdi Suriah menjadi sorotan di kancah internasional karena dapat memperburuk situasi konflik di Suriah. Seiring dengan itu, Turki juga berada di persimpangan politik yang menguji hubungannya dengan Amerika Serikat dan Eropa. Kritik internasional terhadap tindakan yang dilakukan oleh pihak-pihak terlibat dalam konflik di Suriah pun semakin tajam.