Ketiga, preferensi yang dipelajari dari orang tua dan lingkungan sekitarnya juga berpengaruh. Anak-anak sering meniru kebiasaan makan orang yang mereka cintai. Jika orang tua adalah picky eater, kemungkinan besar anak-anak mereka juga akan mengembangkan kebiasaan yang sama. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memberikan contoh yang baik dan memperkenalkan berbagai makanan sejak dini.
Selain itu, perubahan dalam rutinitas atau lingkungan juga dapat menjadi faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan anak. Perubahan besar seperti pindah rumah, memulai sekolah baru, atau bahkan perubahan kecil seperti berlibur bisa membuat anak merasa tidak nyaman. Dalam situasi ini, mereka mungkin lebih memilih pilihan makanan yang sudah dikenal, bahkan jika pilihan tersebut kurang sehat. Ketidakpastian dari situasi baru dapat membuat anak merasa lebih nyaman dengan makanan yang sudah familiar.
Selain faktor internal dan pengalaman masa kecil, ada juga aspek psikologis yang perlu dipertimbangkan. Picky eater mungkin memiliki kecemasan terkait makanan atau rasa takut akan makanan baru. Dalam beberapa kasus, ini bisa berkembang menjadi fobia makanan, di mana anak merasa tertekan atau cemas saat dihadapkan dengan makanan yang tidak dikenal. Menghadapi situasi ini memerlukan pendekatan yang lebih sensitif dan penuh perhatian.
Cara menghadapi picky eater memerlukan kesabaran dan kreativitas. Salah satu strategi yang efektif adalah memperkenalkan makanan baru secara bertahap dan dalam suasana yang positif. Misalnya, orang tua bisa melibatkan anak dalam mempersiapkan makanan atau memilih bahan makanan saat berbelanja. Dengan melibatkan anak dalam proses, mereka mungkin merasa lebih terhubung dengan makanan dan lebih bersedia untuk mencobanya.