Pengaruh Gula dan Kalori Tambahan
Selain tanin, faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah kandungan gula dalam teh manis. Minuman manis, termasuk teh manis, menyumbangkan kalori kosong tanpa nutrisi esensial yang signifikan. Konsumsi gula berlebih secara rutin dapat berkontribusi pada peningkatan berat badan, risiko diabetes tipe 2, masalah gigi, dan berbagai masalah kesehatan metabolik lainnya. Jika kebiasaan minum teh manis setelah makan dilakukan secara berulang setiap hari dengan porsi besar dan kadar gula tinggi, maka dampaknya terhadap asupan kalori total dan kadar gula darah tentu menjadi perhatian utama.
Bagi banyak orang, teh manis adalah pelengkap hidangan yang sudah mengandung banyak karbohidrat dan lemak. Penambahan gula dari teh manis hanya akan memperparuk akumulasi kalori. Ini menjadi pertimbangan yang lebih relevan dibandingkan efek tanin pada penyerapan zat besi bagi sebagian besar populasi.
Mitos Gangguan Pencernaan dan Lemak
Ada juga mitos yang beredar bahwa minum teh manis setelah makan dapat mengganggu pencernaan atau membuat makanan menjadi padat dan sulit dicerna. Faktanya, teh, terutama teh hangat, justru sering dianggap dapat membantu menenangkan perut dan merangsang proses pencernaan pada beberapa orang. Tidak ada bukti ilmiah kuat yang menunjukkan bahwa teh manis secara spesifik menyebabkan gangguan pencernaan parah atau membuat lemak makanan menggumpal di perut. Justru, komponen seperti flavonoid dalam teh dapat memiliki efek anti-inflamasi ringan yang bisa bermanfaat bagi saluran pencernaan.
Solusi dan Pertimbangan Bijak
Jadi, apakah minum teh manis setelah makan sepenuhnya dilarang? Jawabannya adalah tidak mutlak. Bagi sebagian besar individu sehat dengan pola makan bervariasi, minum teh manis dalam jumlah moderat setelah makan tidak akan menimbulkan masalah kesehatan serius. Namun, ada beberapa pertimbangan yang bisa diterapkan: