Kerusakan hutan tropis tidak hanya menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati, tetapi juga mempengaruhi iklim lokal dan global. Hutan tropis berfungsi sebagai paru-paru dunia, menyerap karbon dioksida dan menghasilkan oksigen. Ketika hutan-hutan ini ditebang, cadangan karbon yang telah terakumulasi selama ratusan tahun terlepas ke atmosfer, memperburuk perubahan iklim. Polusi yang dihasilkan dari pembakaran hutan untuk membuka lahan juga berkontribusi pada pengurangan kualitas udara dan kesehatan masyarakat.
Pembangunan infrastruktur juga menjadi salah satu dampak serius dari kolonialisme. Penjajah sering kali membangun jalan, pelabuhan, dan fasilitas lainnya untuk mendukung eksploitasi sumber daya. Pembukaan jalan baru ini memecah habitat alami, menciptakan fragmentasi yang mengakibatkan banyak spesies kehilangan ruang hidup. Keterhubungan antara spesies pun terganggu, yang mengancam kelangsungan hidup mereka dalam jangka panjang.
Dampak lainnya dari kolonialisme terhadap kerusakan lingkungan tropis adalah penggeseran nilai-nilai masyarakat setempat. Penduduk asli yang memiliki cara hidup yang harmonis dengan alam sering kali terpaksa mengadaptasi pola hidup yang lebih konsumtif sesuai dengan kebutuhan pasar global. Hal ini menambah beban pada sumber daya alam yang semakin berkurang, mempercepat laju kerusakan lingkungan.
Dalam upaya untuk menghasilkan keuntungan maksimal, sistem kolonial sering kali mengabaikan prinsip keberlanjutan. Ketika kekayaan alam hutan tropis dieksploitasi tanpa pertimbangan untuk regenerasi, hasilnya adalah kolapsnya ekosistem. Banyak spesies yang menjadi punah, dan tanah yang sebelumnya subur berubah menjadi gersang akibat praktik-praktik pertanian yang merusak.