Sejak saat itu, Uber tidak lagi hadir secara langsung di Indonesia. Namun langkah mereka dalam merambah teknologi kendaraan otonom menjadi sinyal bahwa Uber masih ingin menjadi pemain utama dalam revolusi transportasi digital, termasuk potensi kembali masuk ke pasar Asia di masa depan.
Implikasi dan Masa Depan Transportasi
Kemitraan Uber dan Wayve ini berpotensi mengubah cara kita melihat mobilitas perkotaan. Dengan kendaraan otonom:
-
Biaya operasional bisa ditekan, karena tidak memerlukan pengemudi manusia.
-
Keselamatan berkendara meningkat, karena sistem AI mampu mengeliminasi kesalahan manusia seperti kelelahan atau gangguan.
-
Efisiensi waktu dan konsumsi bahan bakar juga dapat dioptimalkan melalui manajemen rute otomatis.
Namun, tantangannya pun tidak sedikit. Masih ada kekhawatiran publik soal keamanan dan etika penggunaan AI dalam mobilitas, serta dampaknya terhadap lapangan kerja sektor transportasi.
Penutup
Kehadiran mobil otonom bukan lagi sebatas fiksi ilmiah, tapi kenyataan yang semakin dekat dengan kehidupan kita. Langkah Uber menggandeng Wayve untuk meluncurkan layanan tanpa sopir di Inggris pada 2026 adalah bukti bahwa era kendaraan pintar dan otomatis benar-benar akan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari dalam waktu dekat.
Meskipun belum tersedia di Indonesia, perkembangan ini layak untuk diikuti karena bisa jadi masa depan transportasi Indonesia juga akan terpengaruh. Dan siapa tahu, di beberapa tahun ke depan, kita pun akan naik Uber—tanpa sopir.