Dalam skenario seperti ini, robot memiliki keunggulan karena bisa beroperasi tanpa gangguan biologis seperti kebutuhan istirahat, rasa takut, atau kelelahan. Robot bisa bekerja secara terus-menerus, bahkan saat malam hari ketika manusia membutuhkan waktu tidur dan pemulihan.
“Ketika manusia tidur, robot tetap bisa bekerja. Mereka bisa menghasilkan produk yang lebih baik, dengan harga lebih terjangkau, dan mudah digunakan oleh konsumen. Ini adalah arah utama dari pengembangan kami ke depan,” lanjut Liang.
Transformasi Dunia Kerja: Kolaborasi Manusia dan Mesin
Transformasi yang ditawarkan oleh teknologi robot humanoid sejatinya bukan berarti penghapusan peran manusia, melainkan pergeseran fokus peran manusia ke sektor-sektor yang membutuhkan kreativitas, pengambilan keputusan kompleks, dan interaksi emosional—hal-hal yang masih sulit ditiru oleh mesin.
Dalam konteks ini, manusia dapat meningkatkan keterampilan dan mengisi posisi strategis dalam sistem kerja yang lebih modern dan terotomatisasi. Robot akan mengambil alih tugas-tugas yang repetitif, membosankan, atau berisiko tinggi, sementara manusia akan tetap memegang peran penting dalam manajemen, desain, kontrol kualitas, dan inovasi.
Bahkan, dengan produktivitas yang meningkat, perusahaan bisa menghasilkan lebih banyak barang dengan biaya yang lebih rendah, yang pada akhirnya dapat membuka lapangan kerja baru di sektor teknologi dan layanan.
Perspektif Ekonomi dan Etika dalam Implementasi Teknologi
Kehadiran robot humanoid menimbulkan tantangan tersendiri dari sisi ekonomi dan etika. Salah satu tantangan utamanya adalah bagaimana menciptakan ekosistem kerja yang inklusif, di mana manusia dan robot dapat berkolaborasi tanpa menimbulkan ketimpangan ekonomi yang makin lebar.