Dalam beberapa tahun terakhir, China terus menunjukkan keseriusannya dalam pengembangan teknologi robot humanoid. Langkah strategis ini diarahkan untuk mendorong peningkatan produktivitas dan efisiensi di sektor industri, khususnya manufaktur. Namun, terobosan ini juga menimbulkan pertanyaan besar: apakah robot humanoid akan menggantikan manusia dalam dunia kerja?
Kekhawatiran ini semakin mencuat di tengah situasi global yang belum sepenuhnya pulih dari dampak pandemi Covid-19. Badai pemutusan hubungan kerja (PHK) yang dimulai sejak masa pandemi masih menghantui banyak sektor ekonomi dan belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan penuh. Maka wajar jika banyak pihak mulai cemas bahwa kehadiran robot akan memperburuk keadaan dengan menggeser peran tenaga manusia.
Pemerintah China Tegaskan: Robot Akan Menjadi Mitra, Bukan Ancaman
Di tengah meningkatnya kekhawatiran publik, pemerintah Tiongkok di bawah kepemimpinan Presiden Xi Jinping menyatakan secara tegas bahwa robot humanoid tidak dirancang untuk menggantikan pekerjaan manusia, melainkan untuk membantu dan mendukung tugas-tugas manusia di sektor industri.
Pernyataan ini disampaikan oleh Liang Liang, Deputi Direktur di Kawasan Pengembangan Ekonomi dan Teknologi Beijing. Menurutnya, robot humanoid bukanlah ancaman, melainkan inovasi yang dapat melengkapi tenaga kerja manusia.
“Robot humanoid dikembangkan bukan untuk mengambil alih pekerjaan, tetapi untuk menangani tugas-tugas yang terlalu berbahaya atau tidak diinginkan oleh manusia,” ujar Liang, seperti dilansir dari Reuters pada Senin, 19 Mei 2025.
Peran Strategis Robot Humanoid dalam Lingkungan Berisiko
Liang menjelaskan bahwa fokus utama pengembangan robot humanoid adalah mengisi celah produktivitas di area kerja yang memiliki tingkat risiko tinggi. Misalnya, lingkungan ekstrem seperti eksplorasi bawah laut yang tidak bisa dijangkau oleh manusia dengan aman.