Microsoft: Tahan Banting di Tengah Badai Ekonomi
Berbeda dengan Apple, Microsoft tampil lebih tangguh dalam menghadapi dinamika global. Meski sempat memberikan proyeksi pendapatan yang mengecewakan pada awal 2024, perusahaan perangkat lunak ini tetap mendapat penilaian positif dari banyak analis.
Menurut laporan Jefferies, Microsoft termasuk ke dalam daftar perusahaan yang tidak terlalu terdampak oleh ketidakpastian kebijakan tarif pemerintahan Trump. Faktor ini menjadikan saham Microsoft tetap stabil dan bahkan mengalami kenaikan di saat banyak perusahaan teknologi lainnya justru kehilangan nilai pasar.
Persaingan Teknologi Semakin Panas, Siapa yang Akan Bertahan?
Sebelum badai krisis menyerang, tiga raksasa teknologi—Apple, Microsoft, dan Nvidia—pernah meraih kapitalisasi pasar di atas US$3 triliun. Namun, kini hanya Microsoft yang tampaknya berhasil menjaga posisinya, sementara Apple dan Nvidia mulai tertatih menghadapi tekanan ekonomi dan kebijakan global.
Kondisi ini memperlihatkan betapa cepatnya pergeseran dominasi dalam industri teknologi, yang sangat dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah, tren konsumen, hingga daya saing inovasi. Meski Microsoft kini kembali berada di puncak, belum ada jaminan siapa yang akan bertahan di masa depan.
Apple Pernah Bangkit, Tapi Akankah Kali Ini Juga?
Menariknya, ini bukan pertama kalinya Microsoft merebut gelar perusahaan paling bernilai di dunia dari Apple. Pada awal 2024, Microsoft sempat memuncaki posisi tersebut sebelum akhirnya kembali disalip oleh Apple. Kini, situasinya berbeda. Dengan beban tarif, kompetisi sengit, dan prospek pertumbuhan yang tertekan, mampukah Apple bangkit kembali?
Hingga kini belum ada kejelasan apakah Apple akan mampu memutarbalikkan keadaan. Namun, dengan sejarahnya sebagai inovator besar dan loyalitas pelanggan yang kuat, Apple masih menyimpan potensi untuk kembali bersaing di puncak.