Puluhan anak muda tampak riang gembira berenang dan bermain air di kolam renang Istana Kepresidenan Sri Lanka di Colombo. Beberapa di antara mereka bahkan menggosok badan menggunakan sabun disertai sorak-sorai.
Pemandangan ini disiarkan ke seluruh dunia pada 13 Juli 2022, beberapa jam setelah massa menyerbu istana kepresidenan sehingga memaksa pemimpin saat itu, Gotabaya Rajapaksa, mengungsi ke luar negeri.
Peristiwa itu adalah momen kemenangan bagi mereka dan tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Selama berbulan-bulan, Gotabaya menolak seruan lengser meskipun kakak laki-lakinya, Mahinda Rajapaksa, telah berhenti sebagai perdana menteri guna meredakan kemarahan publik. Rangkaian aksi protes massa yang disebut aragalaya atau perjuangan dalam bahasa Sinhala mencapai puncaknya pada Juli 2022.
Kekuasaan dinasti politik Rajapaksa Selama bertahun-tahun, keluarga Rajapaksa yang dipimpin oleh Mahinda—mengendalikan politik Sri Lanka. Pada masa jabatan pertamanya, Mahinda Rajapaksa tampil sebagai pemimpin Sri Lanka pada akhir perang saudara melawan pemberontak Macan Tamil.
Kemenangan tersebut membantunya meraih predikat “penyelamat” nasional di antara mayoritas etnis Sinhala. Mahinda bahkan disetarakan dengan seorang kaisar.
Ketika Mahinda semakin berkuasa, begitu pula dengan keluarganya. Dia menunjuk adik laki-lakinya, Gotabaya, sebagai menteri pertahanan posisi yang digunakan dengan kejam, kata para kritikus. Dua saudara lainnya Basil dan Chamal naik jabatan menjadi menteri keuangan dan ketua parlemen.
Keluarga ini memiliki basis pendukung nasionalis yang mayoritas adalah etnis Sinhala. Sehingga selama bertahun-tahun mereka selamat dari tuduhan korupsi, kesalahan ekonomi, pelanggaran hak asasi manusia, dan penindasan terhadap kebebasan berpendapat.
Hal ini berubah pada tahun 2022, ketika sejumlah kebijakan memicu krisis ekonomi terburuk yang pernah terjadi di negara ini. Selang 17 tahun setelah Mahinda pertama kali menjadi presiden, rakyat Sri Lanka merayakan kejatuhan keluarga Rajapaksa. Mereka yakin bahwa keluarga tersebut telah tamat. Tetapi apakah itu benar?
Dua tahun setelah Mahinda lengser dan mengungsi, putra Mahinda Rajapaksa, Namal, mendaftarkan diri dalam pemilihan presiden yang akan diselenggarakan pada 21 September mendatang.
“Kenyataan bahwa orang-orang yang diusir setelah aragalaya [protes massa] ikut serta dalam pemilu sudah cukup buruk,” kata Lakshan Sandaruwan.
Namal bukanlah satu-satunya keluarga Rajapaksa yang kembali ke panggung politik.
Gotabaya Rajapaksa pria yang diusir para demonstran ke luar negeri tidak tinggal lama dalam pengasingannya. Dia kembali hanya 50 hari setelah kepergiannya yang “memalukan”. Pertama ke Singapura dan kemudian ke Thailand. Sekembalinya ke Sri Lanka, dia diberi hak istimewa sebagai mantan presiden: sebuah bungalow mewah dan keamanan, yang semuanya dibiayai uang negara.
Ranil Wickremesinghe adalah politikus oposisi yang ditunjuk sebagai presiden selama dua tahun sisa masa jabatan Rajapaksa. Partai Sri Lanka Podu Jana Peramuna (SLPP) yang dipimpin keluarga Rajapaksa memiliki kursi mayoritas atau dua pertiga di parlemen memberikan dukungan kepada Wickremesinghe.
Selama menjadi presiden, Wickremesinghe berfokus pada pembangunan ekonomi Sri Lanka. Namun, ia dituduh melindungi keluarga Rajapaksa karena mengizinkan mereka untuk berkumpul kembali. Dia juga dituding melindungi keluarga Rajapaksa dari gugatan hukum sebuah tuduhan yang ia bantah.