Namun, banyak pemilih yang tampaknya tidak percaya dan jajak pendapat menunjukkan bahwa Namal bukanlah pesaing serius untuk posisi teratas.
Satu komentar pada sebuah unggahan kampanye di akun Instagram Namal cukup pedas: “Pewaris terakhir dari keluarga Rajapaksa yang mencoba peruntungan di kursi kepresidenan? Bisnis keluarga yang cukup besar, bukan?”
Reaksi di lapangan lebih pedas.
“Saya tidak akan pernah memilih Namal Rajapaksa. Tahun-tahun sulit yang telah kami jalani adalah kutukan bagi keluarga itu,” kata HM Sepalika, seorang penduduk desa yang telah dimukimkan kembali di Vavuniya di bagian utara, kepada BBC Sinhala.
“Orang-orang di negara ini berkumpul dan melakukan perjuangan ini karena mereka tidak menginginkan (keluarga) Rajapaksa. Tetapi mereka masih memiliki begitu banyak keserakahan dan nafsu untuk berkuasa sehingga mereka mencoba untuk kembali dan meminta orang-orang untuk memilih mereka,” kata Nishanthi Harapitiya, seorang pelayan toko di Hambantota.
Yang lain mengatakan mereka tidak bisa menganggap serius Namal.
“Mengapa dia harus meminta suara kita? Dia adalah seorang anak kecil yang tidak memiliki pengalaman. Siapa yang akan memilihnya? Kecuali jika seseorang memilihnya karena kasihan pada ayahnya, dia tidak dapat terpilih sebagai presiden,” kata Mohammed Aladeen, seorang pedagang dari Kattankudy di bagian timur Sri Lanka.
Perhatian saat ini sebagian besar terfokus pada tiga kandidat: pemimpin oposisi Sajith Premadasa dari aliansi Partai Rakyat Nasional yang beraliran kiri; Anura Kumara Dissanayake; dan Wickremesinghe, yang mencalonkan diri sebagai kandidat independen.
Namun, Namal Rajapaksa mungkin akan bermain politik untuk jangka panjang. Pemilihan umum baru-baru ini telah menunjukkan bahwa keluarga atau sekutu dari orang kuat yang sempat tidak populer dapat membangkitkan kembali dinasti politik—seperti Bongbong Marcos di Filipina atau bahkan Prabowo Subianto di Indonesia.
“Dia ingin tetap relevan secara politik, melindungi basis pemilih SLPP, dan aktif secara politik hingga tahun 2029,” kata Prof Uyangoda.
Lakshan Sandaruwan, mahasiswa yang ikut serta dalam demonstrasi tersebut, setuju.
“Namal mengikuti jajak pendapat untuk mempersiapkan amunisi yang diperlukan untuk tahun 2029, bukan untuk menjadi presiden saat ini,” katanya.
“Tetapi jika rakyat tidak bertindak cerdas, rakyat sendiri yang akan menciptakan presiden Rajapaksa lagi.”