Oleh : HM. Ismail Yusanto
"Bapak Ibu ngga pilih saya karena DIBOHONGI pake surat Al Maidah 51.......
Bapak Ibu ngga bisa pilih nih karena takut masuk neraka DIBODOHI gitu....."
Fenomena Ahok mungkin bisa diserupakan dengan Kotak Pandora dalam mitologi Yunani. Menurut mitologi itu, Pandora sejatinya adalah seorang perempuan ciptaan Hefaistos, Dewa Pandai Besi. Ketika Pandora menikah dengan Epimetheus, para dewa memberi mereka hadiah sebuah kotak yang indah. Namun, Pandora dilarang untuk membuka kotak itu. Suatu hari, karena penasaran, Pandora tetap saja membuka kotak itu. Setelah dibuka, dari dalam kotak terdengar suara gemuruh dari kerumunan sesuatu yang dengan cepat terbang keluar. Terlihat pula asap tebal berwarna hitam serta tercium aroma yang menakutkan, berpusar memenuhi seluruh ruangan, kemudian naik ke langit. Pandora sadar bahwa dia telah melepaskan sesuatu yang sangat mengerikan. Ia segera menutup kotak itu, tetapi terlambat. Masa tua, rasa sakit, kegilaan, wabah penyakit, keserakahan, pencurian, dusta, cemburu, kelaparan dan berbagai malapetaka lainnya telah meluas; menyebar ke seluruh dunia dan menjangkiti umat manusia.
Bagai Kotak Pandora tadi, kemunculan Ahok telah mengundang aneka keburukan dan kejahatan. Penghinaan dan pelecehan terhadap Islam, al-Quran dan Nabi Muhammad yang sebelumnya tidak pernah terjadi sebegitu rupa, kini makin menjadi-jadi, bertebaran di dunia maya. Alih-alih kapok menghina Islam, pengadilan terhadap Ahok justru seperti memberikan energi besar kepada mereka untuk terus menghina, bahkan sampai pada tingkat yang sangat keterlaluan. Lihatlah, bagaimana mereka memperlakukan al-Quran. Kitab suci yang amat dimuliakan umat Islam itu dimasukkan ke dalam kloset. Al-Quran dirobek untuk membersihkan tinja.
Mereka juga dengan ringan melecehkan para ulama. Tengku Zulkarnaen, wakil Sekjen MUI Pusat, dihadang di Bandara Sintang, Kalteng, diusir, dimaki-maki dan diancam dengan senjata tajam. Padahal ia resmi diundang oleh Bupati untuk berceramah di sana. Apalagi Habib Rizieq, tokoh yang dianggap sebagai penggerak utama Aksi Bela Islam, habis dicaci dan dimaki, seolah ia telah melakukan kejahatan amat besar. Bahkan setelah beredarnya fitnah chating-nya dengan Firza Husein, para pendengki itu seperti mendapat amunisi untuk lebih keras menghantam Habib. KH Ma’ruf Amin, yang notabene seorang kiai sepuh yang kalem, pun tak luput dari hardikan. Lagi-lagi Ahok pelakunya. Parahnya, itu dilakukan di forum pengadilan yang semestinya semua pihak bisa menjaga etika. Penghinaan dialami juga oleh Gubernur NTB, Zainul Majdi. Saat berada di Bandara Changi, Singapura, ia dimaki dengan cara yang sangat kasar dan rasis oleh seorang warga keturunan dengan sebutan pribumi tiko (tikus kotor).