Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diluncurkan oleh pemerintah Indonesia untuk memberikan nutrisi bagi puluhan juta anak sekolah sedang menghadapi sejumlah masalah serius, termasuk kasus keracunan makanan yang baru-baru ini terjadi serta tunggakan pembayaran kepada penyedia makanan. Bencana ini mencuat setelah setidaknya 78 siswa dari dua sekolah menengah atas di Cianjur, Jawa Barat, mengalami keracunan setelah menyantap sajian dari program MBG di pekan ini. Untungnya, kebanyakan dari mereka yang sempat dilarikan ke rumah sakit kini telah dipulangkan.
Kasus keracunan di Cianjur merupakan yang terbaru dalam serangkaian insiden yang melibatkan keracunan makanan dalam pelaksanaan MBG di Tanah Air. Pihak berwenang menyatakan bahwa penyebab keracunan tersebut kemungkinan besar disebabkan oleh kelalaian dalam tahap persiapan makanan. Untuk memastikan hal ini, sampel dari muntahan siswa telah dikirim untuk diuji di laboratorium, sementara polisi juga telah mulai melakukan pemeriksaan terhadap para individu yang terlibat dalam proses penyajian makanan, mulai dari juru masak hingga pengantar makanan.
Salah satu siswa berusia 16 tahun yang menjadi korban keracunan mengungkapkan kepada media bahwa suwiran ayam dalam makanan tersebut memiliki "bau yang tidak sedap". Ia merasakan kegalauan, mual, dan muntah setelah mengonsumsinya. Hal ini menunjukkan adanya masalah mendasar dalam kualitas makanan yang disajikan melalui program ini.
Program MBG bukanlah hal baru dalam konteks pendidikan dunia. Negara-negara lain telah meluncurkan inisiatif serupa yang terbukti memberikan dampak positif pada kesehatan, prestasi akademik, dan kehadiran siswa. Untuk mendukung pelaksanaan program ini, pemerintah Indonesia telah merancang anggaran sebesar Rp71 triliun pada 2025, yang diharapkan bisa meningkat menjadi Rp171 triliun. Namun, alokasi anggaran ini juga disertai dengan pengurangan dana untuk kementerian lainnya, yang berdampak pada beberapa pihak, termasuk kemungkinan pemecatan pegawai honorer.