Kondisi ini memicu kritik di berbagai daerah, dengan demonstrasi yang terjadi di Februari lalu mengangkat spanduk bertuliskan, "Anak-anak makan gratis, orang tua di-PHK," menyoroti dilema yang dihadapi oleh masyarakat. Janji program ini juga merupakan bagian dari komitmen Prabowo Subianto pada kampanye pemilihan presiden 2024 lalu, di mana tujuan utama adalah mengatasi masalah stunting yang menjangkiti satu dari lima anak di Indonesia di bawah usia lima tahun.
Prabowo menjanjikan bahwa melalui inisiatif ini, anak-anak Indonesia akan tumbuh dengan lebih baik. Sejak Januari 2025, MBG ditargetkan untuk menjangkau 550.000 siswa di 26 provinsi. Namun, pandangan kritis terhadap urgensi program ini muncul dari beberapa pihak. Maria Monica Wihardja, seorang peneliti, menegaskan bahwa tidak ada bukti yang jelas tentang perlunya makanan gratis di sekolah, mengingat survei nasional pada 2024 menunjukkan kurang dari 1% rumah tangga mengalami situasi tanpa makanan.
Rangkaian kasus keracunan makanan yang terjadi di berbagai daerah mulai menimbulkan kekhawatiran tentang pelaksanaan MBG. Misalnya, Michelle, seorang siswa di Nusa Tenggara Timur juga mengalami keracunan akibat makanan yang ia sebut "hambar dan basi". Hal ini menyebabkan beberapa orang tua memilih untuk menyiapkan makanan sendiri untuk anak-anak mereka, sebuah langkah yang mencerminkan ketidakpuasan terhadap kualitas makanan yang disediakan oleh program ini.
Menyusul insiden di Cianjur, pemerintah mengakui pentingnya peningkatan keamanan pangan dan kualitas layanan. Dadan Hindayana, kepala Badan Gizi Nasional, menegaskan pentingnya perencanaan yang matang sebelum program diluncurkan, sehingga kualitas makanan tidak terabaikan. Sementara itu, Eliza Mardian dari Center of Reform on Economics Indonesia juga menyoroti dugaan terdapatnya ketergesaan dalam pelaksanaan program yang bisa merugikan masyarakat.
Dalam hal pendanaan, walaupun Indonesia telah mengalokasikan anggaran besar untuk MBG, pemerintah masih memerlukan dukungan dari pihak lain. Untuk konteks dukungan finansial, India menghabiskan sekitar USD 1,5 miliar per tahun untuk memberi makan 120 juta anak, sementara Brasil juga mengeluarkan dana serupa untuk 40 juta siswa. Dalam menghadapi tantangan ini, Prabowo mengajak para pengusaha di Indonesia untuk berkontribusi dan juga menerima tawaran dukungan dari China.