Menurut Susanto, pendangkalan di alur Pelabuhan Pulau Baai selama beberapa bulan terakhir telah mengganggu kemampuan masyarakat Enggano untuk menjual produk pertanian mereka ke Kota Bengkulu. "Hal ini menyebabkan daya beli masyarakat menurun, namun bukan karena kekurangan bahan pokok," tambahnya.
Susanto menjelaskan bahwa ketidakmampuan pelabuhan dalam mendistribusikan barang menjadi masalah, di mana KMP Pulo Tello hanya dapat mengangkut manusia, sementara barang harus dilangsir dari luar pelabuhan. "Akibat kendala ini, hanya 30 persen dari komoditas yang bisa dipasarkan, karena penyaluran fokus pada penggunaan kapal nelayan yang kapasitasnya terbatas," ungkapnya.
Dia berharap agar kondisi Pelabuhan Pulau Baai dapat segera pulih sehingga kapal penyeberangan Pulo Tello bisa kembali beroperasi dengan normal, memungkinkan masyarakat Enggano untuk menjual produk pertanian mereka di Kot Bengkulu tanpa hambatan.
Sementara itu, Kepala Desa Banjarsari yang terletak di Kecamatan Enggano, Winarto Rudi Setiawan, mengungkapkan tantangan yang dihadapi oleh warga Enggano berkaitan dengan pengiriman barang dan uang, termasuk kebutuhan untuk anak-anak yang bersekolah atau kuliah di luar pulau. "Kesulitan utama kami adalah bagaimana anak-anak kami yang belajar di luar Enggano dapat menerima kiriman dari rumah, sebab transportasi sangat terbatas," tambahnya dengan penuh keprihatinan.
Situasi ini menyoroti pentingnya akses yang memadai dan pembangunan infrastruktur yang lebih baik untuk memastikan keberlanjutan dan kesejahteraan masyarakat di pulau tersebut.