Ia menjelaskan bahwa prinsip toleransi berlandaskan sikap saling menghormati dan menghargai perbedaan, sehingga banyak negara datang ke Indonesia untuk mempelajari kehidupan sosial dan keberagamannya. Eddy juga menekankan bahwa toleransi dan moderasi beragama adalah konsep yang saling terkait. Moderasi beragama sendiri memiliki tiga pilar utama: komitmen kebangsaan, sikap antikekerasan, dan penerimaan terhadap kearifan lokal, yang semuanya telah tertuang dalam ideologi Pancasila.
Dalam pandangan BNPT, intoleransi berakar dari tiga lingkungan utama, yakni keluarga, pendidikan, dan media sosial. Keluarga sebagai pranata sosial terkecil dinilai berperan penting dalam menanamkan nilai toleransi sejak dini. Sementara di sektor pendidikan, BNPT bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Kementerian Agama untuk memasukkan nilai toleransi dalam kurikulum sekolah dan pesantren. Bahkan, sejumlah mantan anggota kelompok radikal kini turut membina pesantren dengan pendekatan moderat.
Terkait media sosial, Eddy menyebut tantangan terbesar justru datang dari ruang digital yang menjadi bagian dari kehidupan generasi muda, khususnya Gen Z. Untuk itu, BNPT membentuk Duta Damai Dunia Maya di setiap provinsi, yang bertugas menyebarkan pesan-pesan damai melalui berbagai platform digital. Upaya ini diharapkan mampu membendung penyebaran paham radikal di dunia maya yang bergerak cepat dan masif.