“Perkiraan kami adalah, paling lama 20 menit setelah jatuh, dia sudah meninggal,” ungkap Putu Alit. Ia menegaskan bahwa tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa Juliana sempat bertahan hidup dalam waktu lama setelah jatuh ke jurang yang dalamnya mencapai 600 meter. Temuan tersebut mengindikasikan bahwa kematian terjadi dalam waktu singkat, bukan karena lambatnya proses evakuasi yang dilakukan.
Hasil otopsi ini juga mematahkan anggapan yang beredar di masyarakat bahwa kematian Juliana disebabkan oleh keterlambatan dalam evakuasi. Sebelum jatuh, Juliana dan rombongannya memulai pendakian di Gunung Rinjani sejak Jumat (20/6). Dalam kelompoknya terdapat lima pendaki dari berbagai negara. Setelah insiden terjadi di tengah pendakian, informasi mengenai kecelakaan tersebut baru diterima oleh Basarnas pada pukul 09.30 WITA, yang disampaikan oleh seorang warga bernama Mustiadi.
Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI Mohammad Syafii menjelaskan bahwa Juliana jatuh saat mempersiapkan diri untuk mencapai puncak Gunung Rinjani. Insiden itu terjadi saat kelompok pendaki menuju summit, dan diduga awalnya Juliana jatuh ke jurang yang lebih dangkal, yaitu sekitar 150-200 meter. Namun, setelah penyelidikan lebih lanjut, Tim SAR menemukan bahwa posisi Juliana berada di jurang yang lebih dalam, mencapai 600 meter.