Kematian Juliana De Souza Pereira Marins, seorang pendaki muda berusia 27 tahun asal Brazil, telah mengundang perhatian luas di media sosial, terutama di kalangan warganet Brazil. Banyak yang menyalahkan Basarnas, tim pencarian dan penyelamatan Indonesia, atas keterlambatan mereka dalam mengevakuasi Juliana, yang jatuh saat mendaki Gunung Rinjani. Namun, hasil otopsi yang baru terungkap menunjukkan bahwa kematian Juliana bukan disebabkan oleh keterlambatan evakuasi, melainkan akibat benturan keras yang dialaminya.
Dokter Spesialis Forensik dari Rumah Sakit Bali Mandara, Ida Bagus Putu Alit, mengonfirmasi hal ini kepada wartawan pada Jumat (27/6). Ia menjelaskan bahwa benturan yang dialami Juliana menyebabkan pendarahan serius di rongga dadanya. Berdasarkan hasil otopsi, Juliana kehilangan nyawanya dalam waktu yang sangat cepat, yaitu hanya dalam hitungan menit setelah terjatuh ke jurang sekitar pukul 04.00 WITA pada hari Sabtu, 21 Juni.