Lebih lanjut, Egi menjelaskan bahwa foto-fotonya mulai viral sekitar dua minggu yang lalu. Awalnya, dia mengira itu hanya sekadar bercandaan dan tidak terlalu serius menanggapi hal tersebut. Namun, setelah tiga hari, situasinya menjadi semakin serius. "Saya juga kaget, tidak menyangka sama sekali," ujarnya. Egi juga menambahkan bahwa ia pernah memakai anting, tetapi sudah melepaskannya sejak dua tahun yang lalu.
Kasus "cocoklogi" ini menjadi pembelajaran penting bahwa peran media sosial dan mudahnya penyebaran informasi dapat memberikan dampak yang besar terhadap individu yang tidak bersalah. Kita perlu berhati-hati dalam menyebarluaskan sebuah informasi, terutama dalam hal yang berkaitan dengan status seseorang dalam hukum.
Untuk memastikan kebenaran informasi, kami perlu kembali kepada prinsip dasar jurnalisme, yaitu memeriksa kebenaran dan kredibilitas sebuah berita sebelum menyebarluaskannya. Kejadian ini juga memunculkan pertanyaan penting mengenai privasi dan perlindungan data pribadi di era digital. Hal ini mengingatkan kita akan pentingnya kehati-hatian dalam membagikan informasi pribadi di ruang publik, demi menjaga privasi dan keamanan diri sendiri.
Kita juga perlu berhati-hati dalam mengkaitkan seseorang dengan suatu kasus kriminal hanya berdasarkan kemiripan fisik atau kemiripan nama. Memastikan kebenaran sebuah tuduhan sebelum menyalahkan seseorang adalah hal yang penting demi menjaga keadilan dan kebenaran dalam proses hukum.
Namun, kejadian ini juga mengajarkan kepada kita bahwa seseorang tidak seharusnya dihakimi hanya berdasarkan penampilan fisik atau sosial media. Kesalahan identifikasi dapat memberikan dampak yang buruk bagi individu yang tidak bersalah. Oleh karena itu, kita perlu meningkatkan kesadaran akan pentingnya memeriksa kebenaran sebuah informasi sebelum menyebarkannya, serta memberikan perlindungan hukum bagi individu yang menjadi korban "cocoklogi."