Meirizka mengaku merasa diseret ke dalam kasus suap vonis bebas Ronald, yang benar-benar di luar dugaannya. "Saya tidak pernah tahu bahwa semua ini akan berakhir begini. Lisa yang saya percayakan justru membuat segalanya semakin rumit," ujarnya dengan nada kesal. Kekecewaan ini semakin bertambah ketika ia mengetahui berita mengenai langkah hukum yang diambil atas kasus suap tersebut.
Seiring berjalannya waktu, kasus ini menjadi semakin kompleks dan menarik perhatian media. Berita tentang pengacara dan hakim yang terlibat dalam praktik korupsi ini menggarisbawahi betapa rentannya sistem hukum saat ini. Banyak kalangan mulai mempertanyakan proses pengadilan dan keadilan yang seharusnya didapat oleh korban, seperti Dini Sera Afrianti. Apakah benar keadilan bisa ditegakkan ketika hukum sudah dicemari oleh uang?
Melalui wawancara tersebut, penyesalan Meirizka tidak hanya sebagai ibu, tetapi juga sebagai warga negara. Ia berharap bahwa kasus ini akan menjadi pelajaran bagi semua orang, khususnya dalam memilih pengacara yang benar-benar memiliki integritas. "Saya tidak ingin kejadian ini menimpa orang lain. Hati-hati dalam memilih," tegasnya. Ucapan tersebut adalah pengingat bagi masyarakat untuk selalu berhati-hati dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan hukum.
Tidak dapat dipungkiri, ketidakpastian dan ketidakadilan yang terjadi dalam kasus ini dapat menjadi gambaran betapa korupnya beberapa aspek di institusi hukum. Adanya keterlibatan oknum pengacara dan hakim dalam praktik suap mengakibatkan keraguan dan ketidakpercayaan masyarakat terhadap sistem peradilan. Tentu saja, untuk membangun kembali kepercayaan tersebut butuh waktu dan usaha yang tidak sedikit.