Tampang

Berharap Jokowi Benar-Benar Seperti Petruk

24 Jul 2017 10:26 wib. 2.972
0 0
petruk dadi ratu

Di situlah perbedaan sudut pandang “penonton” dalam menyerap pesan yang terkandung dalam lakon “Petruk Dadi Ratu”. Bagi yang memposisikan diri sebagai kaum elit, Petruk dianggap sebagai monster yang harus dibinasakan. Sebaliknya, jika memandang Petruk dengan kacamata kawulo alit yang gerah dengan perilaku kaum elit, Petruk justru dipandang sebagai pahlawan. Tindakannya diapresiasi. Petruk is the new hope.

Wayang, mau tidak mau, berasal dari India. Suatu bangsa yang mengenalkan sistem kasta pada dunia. Aslinya, mulai dari “A” sampai “Z” wayang berkisah tentang kasta ksatria di mana kita diajak memasuki dunia yang serba hebat, gemerlap, dan wah, tetapi dipenuhi intrik. Kemudian, lahirlah lakon carangan “Petruk Dadi Ratu”. Di sini kita diajak memposisikan diri sebagai rakyat jelata.

Ternyata, ketika posisi kita bergeser dari “ksatria” ke “kawula”, semuanya terlihat jungkir balik. Contohnya, ada mantan pembesar negara yang mengatakan, 70 persen pembakaran hutan karena kesengajaan. Padahal waktu masih menjabat tidak pernah mengungkapkan hal itu.

Setelah revolusi  berhasil dituntaskan, Petruk pun kembali menjadi kawulo alit, rakyat jelata. Ia kembali mengayunkan kapaknya membelah kayu bakar. Sambil bersenandung tembang pangkur: Mungkin kalau Petruk hidup di zaman modern ia tidak akan mencari kayu bakar karena sudah ada tabung gas. Tapi, ia akan kembali menekuni profesinya sebagai tukang mebel sambil melantunkan lagu-lagu metal.

0 Komentar

Belum ada komentar di artikel ini, jadilah yang pertama untuk memberikan komentar.

BERITA TERKAIT

BACA BERITA LAINNYA

POLLING

Apakah Aturan Pemilu Perlu Direvisi?