Tampang

Berharap Jokowi Benar-Benar Seperti Petruk

24 Jul 2017 10:26 wib. 3.467
0 0
petruk dadi ratu

Di sinilah kejelian Sunan Kalijaga dalam memilih tokoh utama dalam kisahnya. Dalam lakon “Petruk Dadi Ratu”, Petruk dipilih karena karakter-karakter yang dimilikinya. Petruk adalah punakawan atau hamba sahaya yang realistis dalam menyikapi segala sesuatunya.

Selain itu putra angkat Semar ini pun memiliki keikhlasan. Karena keikhlasannya, Petruk juga dinamai Kanthong Bolong atau Kantong Berlubang. Jadi, menurut Sunan Kalijaga, hanya orang yang ikhlas dan realistislah yang sanggup memperbaiki keadaan. .

Sebagai rakyat, Petruk biasanya cuma bisa tertawa geli melihat tingkah polah kaum bangsawan di sekelilingnya. Kadang, sekalipun Petruk memahami persoalan yang dihadapi ndoro-nya, kalau ditanya ia hanya menjawab, “Bukan urusan saya.” Hal ini diucapkan Petruk untuk menghargai ndoro-nya. Hanya sesekali Petruk mengeluarkan sentilannya kepada ndoro-ndoronya

Padahal dengan kesaktian yang dimilikinya, bisa saja Petruk menghajar orang-orang yang dianggapnya bertanggung jawab atas kesemrawutan di kerajaannya. Jangankan Arjuna atau Pandawa lainnya, Kresna yang titisan Wisnu saja pernah bonyok-bonyok dihajar Petruk. Tapi, Petruk sadar benar, ia tidak memiliki wahyu atau mandat untuk memimpin. Karenanya ia hanya melakoni apa saja yang bisa dikerjakannya.

Tapi, begitu ia mendapat mandat, eng ing eng, semua dihajarnya. Para ndoro yang dulu main perintah, sekarang diperintahnya. Kemapanan para ndoro diobrak-abriknya, dijungkirbalikkannya. Tindakan Petruk yang mengobrak-abrik kemapanan para mafia ini membuat resah raja-raja pem-backing-nya. Sampai-sampai Junggring Saloka pun terimbas. Kawah Candradimuka mendidih perlambang adanya “ontran-ontran” yang membahayakan kekuasaan para dewa.

Sontak Petruk menjadi musuh bersama para elit. Kemudian, para elit ini berunding. Lahirlah skenario untuk memakzulkan Petruk dari kekuasaannya. Lewat lini masa, segala tindakan Petruk wajib dianggap salah. Kesalahan kecil dibesar-besarkan. Apa saja harus dikaitkan dengan Petruk, termasuk badai di Arab yang menyebabkan ambruknya crane. Petruk sudah seperti Teh Botol Sosro. Apapun peristiwanya dan di mana poun kejadiannya, Petruk yang disalahkan. Sebaliknya, keberhasilan Petruk malah ditutup-tutup dipandang seolah tidak pernah terjadi.

Sayangnya usaha ini gagal total. Petruk malah semakin menjadi-jadi melabrak siapa pun yang dianggapnya sebagai biang kerok. Kresna dan Baladewa dikepret sampai babak belur. Batara Guru sang penguasa kahyangan ngiprit terbirit-birit.

Di situlah perbedaan sudut pandang “penonton” dalam menyerap pesan yang terkandung dalam lakon “Petruk Dadi Ratu”. Bagi yang memposisikan diri sebagai kaum elit, Petruk dianggap sebagai monster yang harus dibinasakan. Sebaliknya, jika memandang Petruk dengan kacamata kawulo alit yang gerah dengan perilaku kaum elit, Petruk justru dipandang sebagai pahlawan. Tindakannya diapresiasi. Petruk is the new hope.

0 Komentar

Belum ada komentar di artikel ini, jadilah yang pertama untuk memberikan komentar.

BERITA TERKAIT

BACA BERITA LAINNYA

Rambut Rontok? Inilah Solusinya
0 Suka, 0 Komentar, 4 Mei 2018

POLLING

Apakah Indonesia Menuju Indonesia Emas atau Cemas? Dengan program pendidikan rakyat seperti sekarang.