Selain finansial, pergeseran prioritas hidup juga jadi faktor penting. Dulu, menikah dan punya anak itu mungkin jadi tujuan hidup utama setelah pendidikan. Tapi sekarang, banyak anak muda yang punya prioritas lain yang nggak kalah penting. Mereka ingin fokus pada karier, mengembangkan diri, mencari pengalaman di luar negeri, atau bahkan mengejar pendidikan setinggi-tingginya.
Konsep "sukses" itu sekarang nggak cuma diukur dari punya keluarga atau tidak. Ada yang merasa sukses ketika bisa mencapai posisi tertentu di kantor, punya bisnis sendiri, atau bisa keliling dunia. Mereka ingin menikmati masa muda mereka, mengeksplorasi passion, dan mencapai kemandirian penuh sebelum "terikat" dalam sebuah pernikahan. Mereka nggak ingin menikah hanya karena tuntutan sosial atau usia, melainkan karena mereka benar-benar siap dan sudah mencapai tujuan pribadi mereka.
Perubahan pandangan tentang pernikahan itu sendiri juga berpengaruh. Generasi sekarang lebih realistis dan pragmatis. Mereka melihat bahwa pernikahan itu bukan cuma soal cinta dan romansa, tapi juga komitmen seumur hidup yang butuh banyak penyesuaian, tanggung jawab, dan kesiapan mental. Mereka sering melihat contoh perceraian di sekitar mereka, atau bahkan dari orang tua mereka sendiri. Hal ini membuat mereka lebih berhati-hati dan nggak mau terburu-buru. Mereka ingin memastikan pasangannya benar-benar cocok, punya visi misi yang sama, dan ada kesiapan emosional dari kedua belah pihak.