Berdasarkan tabel berikut, terlihat bahwa kenaikan yield tertinggi terjadi pada surat uang seri benchmark tenor 10 tahun (FR100). Pada lelang Selasa lalu, imbal hasil obligasi 10 tahun yang diminta investor mencapai 7,27% yang tertinggi dan terendah 7,07%. Yield rata-rata tertimbang yang berhasil diraih adalah 7,09%.
Sebagai perbandingan, imbal hasil tertinggi yang diminta investor di lelang pertama tahun ini untuk SBN tenor 10 tahun adalah 6,75% dan terendah 6,58%. Yield rata-rata tertimbang yang berhasil diraih adalah 6,62%.
Imbal hasil yang didapat untuk tenor 10 tahun jauh melebihi asumsi imbal hasil SBN tenor 10 tahun dalam APBN 2024 yang ditetapkan sebesar 6,7%.
Hal yang sama juga terjadi pada seri tenor 5 tahun dan 30 tahun, meskipun kenaikannya tidak sebesar seri benchmark.
Kenaikan yield ini tentu akan membebani pemerintah di masa mendatang karena memaksa pemerintah untuk membayar ongkos pinjaman yang lebih mahal. Kondisi ini dapat berdampak pada penyempitan ruang APBN.
Menariknya, dalam APBN 2024, alokasi belanja pemerintah untuk pembayaran bunga utang telah mencapai 20,2%. Bahkan, porsi ini melebihi porsi belanja pegawai yang mencapai 19,6% sebagai komponen yang terbesar dalam belanja negara pada tahun 2023.