Tampang.com | Dunia industri di Indonesia kembali diterpa badai. Sejumlah perusahaan besar mulai memangkas tenaga kerja secara besar-besaran sebagai langkah efisiensi menghadapi tekanan ekonomi global dan lemahnya permintaan pasar dalam negeri.
PHK Tak Terhindarkan, Perusahaan Terus Berdarah
Data dari sejumlah asosiasi menunjukkan bahwa dalam tiga bulan terakhir, gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) telah menimpa ribuan pekerja, terutama di sektor tekstil, alas kaki, dan manufaktur. Perusahaan-perusahaan yang sebelumnya menyerap banyak tenaga kerja kini justru terpaksa melakukan efisiensi karena beban operasional tak tertahankan.
“Kami tidak punya pilihan selain merumahkan karyawan. Produksi menurun, pesanan anjlok, bahan baku makin mahal,” ungkap seorang manajer HRD di pabrik garmen kawasan Karawang.
Ia menyebutkan, ketidakpastian ekonomi global yang berdampak pada ekspor, ditambah dengan biaya logistik yang melonjak, membuat operasional perusahaan tidak lagi seimbang dengan pendapatan.
Efek Domino: Konsumsi Turun, Pengangguran Naik
Gelombang PHK bukan hanya berdampak pada karyawan yang kehilangan pekerjaan, tetapi juga menimbulkan efek domino pada konsumsi rumah tangga. Banyak keluarga kini harus mengencangkan ikat pinggang, menghindari pengeluaran non-esensial, dan menunda rencana keuangan jangka panjang.