Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, pernah mengungkapkan bahwa pemerintah tengah mendorong penggunaan bahan bakar ramah lingkungan sebagai pengganti bensin. Menurut Luhut, pemerintah sedang mempersiapkan bioetanol yang dibuat dari bahan baku nabati sebagai substitusi dari bensin. Saat ini, Indonesia telah menerapkan Biodiesel 35 atau B35 yang merupakan campuran Solar sebesar 65 persen dan FAME berbasis minyak kelapa sawit sebesar 35 persen.
Luhut juga menyebut bahwa proyek penggunaan bioetanol sebagai pengganti bensin sedang dalam proses pengembangan oleh Pertamina, perusahaan pelat merah yang bergerak di bidang BBM. "Pengembangan proyek ini saat ini sedang dikerjakan oleh Pertamina. Jika hal ini berhasil, kita dapat menghemat lebih banyak lagi," ungkap Luhut.
Ia menambahkan, "Hal ini dikarenakan kandungan sulfur yang saat ini masih mencapai 500 ppm. Kita menginginkan kandungannya turun menjadi 50 ppm saja."
Regulasi terkait kandungan sulfur dalam BBM yang beredar saat ini sudah diatur oleh pemerintah. Misalnya, Pertalite dan Pertamax memiliki kandungan sulfur maksimal sebesar 500 ppm, sedangkan Pertamax Turbo ditetapkan memiliki kandungan sulfur maksimal 50 ppm.