3. Pengaruh Adrenalin
Selain endorfin, konsumsi makanan pedas juga merangsang pelepasan adrenalin. Adrenalin adalah hormon yang mempersiapkan tubuh kita untuk menghadapi situasi stres atau darurat. Ketika kita makan makanan pedas, otak kita mengira kita sedang menghadapi ancaman, sehingga memicu respons "fight or flight" yang menghasilkan lonjakan adrenalin. Lonjakan adrenalin ini dapat membuat kita merasa berenergi dan waspada, menambah kesenangan dari mengonsumsi makanan pedas.
4. Adaptasi Reseptor Rasa
Dengan mengonsumsi makanan pedas secara rutin, tubuh kita dapat mengalami adaptasi. Reseptor TRPV1 di lidah dan mulut dapat menjadi kurang sensitif terhadap capsaicin seiring waktu. Adaptasi ini membuat kita membutuhkan lebih banyak capsaicin untuk mencapai tingkat sensasi pedas yang sama seperti sebelumnya. Inilah mengapa seseorang yang sering mengonsumsi makanan pedas mungkin merasa perlu meningkatkan tingkat kepedasan untuk merasakan sensasi yang sama.
5. Faktor Psikologis dan Budaya
Selain alasan ilmiah, ada juga faktor psikologis dan budaya yang memainkan peran penting dalam ketagihan terhadap makanan pedas. Di beberapa budaya, makanan pedas dianggap sebagai bagian dari identitas kuliner dan sosial. Mengonsumsi makanan pedas bisa menjadi bentuk pencapaian atau tantangan, yang memberikan kepuasan tersendiri. Selain itu, ada faktor kebiasaan – semakin sering kita makan makanan pedas, semakin kita terbiasa dengan sensasi tersebut dan merasa kurang puas dengan makanan yang tidak pedas.