Kisah Sidin yang diperoleh Augusta de Wit dari seorang nelayan bisa dilihat dari dimensi berbeda, yakni sikap iri pengamat terhadap orang kaya baru. Kasusnya sama seperti kemunculan mitos tuyul dan babi ngepet.
Keduanya karena para petani tak melihat kerja keras dari orang kaya, sehingga memandang ada persekutuan dengan makhluk supranatural. Kala itu, mengacu paparan George Quinn dalam "An Excursion to Java's Get Rich Quick Tree" (2009)", para petani selalu beranggapan datangnya kekayaan harus dipertanggungjawabkan.
Maka ketika orang kaya gagal mempertanggungjawabkan asal kekayaannya, para petani iri dan menuduh harta secara tidak halal. Dalam kasus Sidin dan Nyi Blorong, tidak menutup kemungkinan kisah didasari rasa iri nelayan yang tak melihat proses kerja keras Sidin menjadi kaya.
Terlebih, Nyi Blorong yang berkaitan dengan Nyi Roro Kidul mitosnya sudah terbongkar. Sastrawan Pramoedya Ananta Torer dalam Sastra, Sensor, dan Negara (1995) menyebut, Nyi Roro Kidul diciptakan pujangga Mataram usai kalah mempertahankan tanah Pantai Utara Jawa. Jadi, agar Mataram terlihat kuat dan menakut-nakuti Belanda supaya tak menguasai Pantai Selatan Jawa, tercipta cerita Nyi Roro Kidul.