Dalam banyak kasus, anak tengah lebih mandiri daripada saudara-saudara mereka. Mereka belajar mengurus masalah mereka sendiri dan berusaha untuk tidak merepotkan orang tua. Kemandirian ini membuat mereka mampu mencapai banyak hal, tetapi terkadang juga membuat mereka merasa sengsara karena harus berjuang sendirian. Validasi diri yang seharusnya mereka terima dari orang tua sering kali teralihkan oleh kebutuhan dan perhatian yang diberikan kepada anak pertama dan bungsu.
Peran sebagai mediator dalam konflik antara saudara sering menjadi beban emosional bagi anak tengah. Mereka berusaha untuk menjaga kedamaian, tetapi kondisi ini dapat menguras energi dan emosi mereka. Keterampilan negosiasi dan rekonsiliasi yang mereka pelajari dapat jadi keuntungan, tetapi juga bisa menjadikan mereka merasa tertekan dan tidak diperhatikan. Hal ini terwujud dalam pencarian mereka untuk mendapatkan pujian dan dukungan dari orang tua yang sering kali terlewatkan.
Dalam proses tumbuh kembang mereka, anak tengah perlu menemukan cara untuk validasi diri mereka sendiri. Mereka membutuhkan ruang untuk mengeksplorasi minat dan bakat tanpa dibanding-bandingkan dengan kakak atau adik mereka. Dukungan dari orang tua dalam hal ini sangat penting. Mengakui pencapaian anak tengah dan memberikan perhatian yang seimbang dapat membantu mereka merasakan nilai diri mereka. Juga, mengajarkan mereka untuk mengatakan apa yang mereka butuhkan—baik dalam hal perhatian maupun pengakuan—merupakan langkah penting dalam proses ini.