Kedutaan Besar China di Washington merespons perkembangan ini dengan menyatakan bahwa pemerintah China selalu menghormati hak dan kepentingan sah perusahaan, namun menolak intervensi yang dianggap bertentangan dengan prinsip ekonomi pasar global. Associated Press sebelumnya juga telah mengabarkan bahwa China tidak menyetujui kesepakatan yang dirancang antara ByteDance dan AS.
Sementara itu, Trump yang kembali menjabat sebagai Presiden AS untuk masa jabatan keduanya mengatakan bahwa batas waktu diperpanjang untuk memastikan semua dokumen hukum dan persetujuan lengkap. Ia menegaskan, “Kami berharap bisa terus bekerja dengan itikad baik bersama China, meskipun saya paham mereka kurang senang dengan tarif yang kami berlakukan.”
Tarif Dagang: Pemicu Ketegangan Baru
Dalam minggu ini, Trump mengumumkan bahwa China akan dikenai tarif tambahan hingga 54% untuk berbagai barang ekspor ke AS. Hal ini langsung dibalas oleh China dengan kebijakan serupa. Di sisi lain, Trump membuka kemungkinan untuk menurunkan tarif tersebut sebagai bagian dari kompromi dalam kesepakatan TikTok.
Menariknya, Trump menyebut pemerintahannya telah berdiskusi dengan empat kelompok investor potensial, namun belum diungkap siapa saja mereka. Satu hal yang pasti, izin dari pemerintah China menjadi hambatan terbesar untuk penyelesaian kesepakatan ini.
Apa yang Sebenarnya Dipertaruhkan?
Dengan lebih dari 170 juta pengguna di Amerika Serikat, TikTok berada di titik krusial. Jika kesepakatan gagal, aplikasi ini bisa saja dilarang sepenuhnya oleh otoritas AS, sesuai undang-undang yang sudah diteken oleh Presiden Joe Biden pada periode sebelumnya. Kongres AS mendukung penuh langkah ini dengan argumen bahwa TikTok bisa dijadikan alat oleh pemerintah China untuk memata-matai warga AS dan menyebarkan propaganda terselubung.