Pemerintah Singapura melaporkan bahwa sekitar 1.5 juta orang telah menggunakan sistem face recognition ini. Hal ini menunjukkan adopsi yang besar terhadap teknologi ini.
Teknologi face recognition diklaim akan menjadi metode mainstream untuk melakukan perjalanan dalam waktu dekat. Hal ini disampaikan oleh Athina Ioannou, seorang dosen di University of Surrey, Inggris.
Dia meyakini bahwa teknologi ini akan semakin umum digunakan, terutama dalam situasi pandemi Covid-19, di mana masyarakat diharuskan untuk beraktivitas tanpa kontak fisik, termasuk dalam perjalanan.
Namun, di balik keuntungan dan kemudahan yang ditawarkan oleh teknologi face recognition, terdapat berbagai risiko yang perlu diwaspadai. Salah satunya adalah risiko kebocoran data pribadi yang dapat mengundang kegiatan mata-mata pada penumpang perjalanan. Kemungkinan terjadinya kebocoran data ini mengancam keamanan informasi pribadi dari individu yang menggunakan teknologi ini dalam perjalanan internasional.