Tampang

It Will Happend if It Mean To Be

25 Mei 2017 22:41 wib. 2.008
0 0
It Will Happend if It Mean To Be

It will happend if it mean to be

Pernahkah merasa gemas?geregetan? Atau merasa emosi hingga kita mengepalkan tangan, meremas kertas, melempar benda atau sebaliknya? Hanya bisa tertunduk tak berdaya ketika menghadapi hal yang mengecewakan. Nah, beberapa waktu lalu saya mengalami hal tersebut.

Apa yang akan menjadi milik kita, pasti akan menjadi milik kita. Apa yang akan terjadi pada kita, pasti kan terjadi jika memang itu sudah ketentuannya. Ini perkataan yang sudah sering saya dengar. Saya mendengar lewat cerita, lewat quotes, dan rasanya saya juga pernah dinasehati dengan perkataan yang tak jauh dari kalimat di atas.

Ada dua kisah yang merepresentasikan kalimat di atas. Kisah pertama saya alami kira-kira satu bulan yang lalu. Sudah lama saya ingin pergi ke suatu tempat. Dan akhirnya, di hari itu saya berhasil mengajak salah seorang teman saya untuk pergi ke tempat tersebut. Dia pun sudah menghubungi ibunya dan mengabari bahwa dia akan pulang terlambat. Kami pun kemudian makan dengan tenang sebelum menuju ke tempat yang kami tuju. Selesai makan, kami langsung menuju ke tempat tujuan. Ketika kami ada di tempat tujuan, tiba-tiba teman saya mendapat telepon yang mengabarkan bahwa ia harus segera pulang, karena ibunya tiba-tiba harus pergi dan tak mungkin meninggalkan anak temanku sendirian di rumah. Hmmm, saat itu .. terasa hampa dan kosong! Sangat kecewa dan sedih. Jelas-jelas tempat yang kami tuju sudah ada di depan mata. Tapi, bisa apa saya. Akhirnya emosi yang keluar ya kecewa dalam diam.

Nah, dua hari kemudian, saya mengalami hal yang justru terbalik dari peristiwa sebelumnya. Saat itu saya sedang menengok seseorang di sebuah rumah sakit. Saya datang bersama teman dan kami mengendarai sepeda motor. Saat itu, saya yang menyimpan tiket parkir. Saya masih ingat betul, saya melipat dan menyimpan tiket parkir itu di saku jaket sebelah kanan. Saat itu saya hendak menanyakan nomor ruangan. Saya kemudian duduk di lobby dan mengeluarkan telepon seluler dari  saku jaket sebelah kanan. Setelah saya mendapatkan nomor kamar, kami langsung menuju ke kamar tersebut. Di sana kami mengobrol kira-kira satu jam. Setelah keluar dari kamar rawat, kami mencari mushola dan salat ashar terlebih dahulu sebelum pulang. Ketika keluar dari mushola, saya mencari tiket parkir, dan ternyata tidak ada! Saya meminta teman saya untuk menelepon teman kakak teman yang kami jenguk tadi dan menanyakan apakah ada tiket parkir yang terjatuh di lantai kamar. Ternyata, nihil! Tak ada tiket terjatuh. Akhirnya saya mencoba untuk mencari tiket tersebut di jalan yang tadi kami lewati sambil bertanya, bagaimana prosedurnya ya jika tiket parkir hilang. Saya tak memperhatikan jawaban teman saya, karena tiba-tiba pikiran saya tertuju ke lobby. Saya berjalan cepat, nyaris berlari dan tertegun ketika melihat lobby. Di sana ada 5 kursi yang berjajar. Dua kursi dari kanan dan kiri diisi oleh orang yang mungkin sedang menunggu sesuatu. Dan di kursi tengah, ada kertas putih yang tampak tak asing. Langsung saya ambil kertas putih tersebut. Kertas putih yang sempat membuat saya panik. Huft, kertas itu ada dengan rapinya di kursi kosong dengan posisi terbuka. Masih tampak bekas lipatan. Di situ, saya merasa malu jadinya. Tak perlu kita panik atau merasa emosi ketika mencari sesuatu. Karena jika memang masih ditakdirkan untuk kita, walaupun sempat terpisah, ia pasti akan tersedia untuk kita.

<12>

0 Komentar

Belum ada komentar di artikel ini, jadilah yang pertama untuk memberikan komentar.

BERITA TERKAIT

BACA BERITA LAINNYA

Blind Spot
0 Suka, 0 Komentar, 23 Jul 2024

POLLING

Dampak PPN 12% ke Rakyat, Positif atau Negatif?