Kematian Munir dan perjalanan Haris dalam perjuangan HAM menunjukkan realitas pahit di mana nyawa para pejuang hak asasi manusia sering kali dipertaruhkan. Dalam konteks ini, kematian Munir adalah sinyal penting akan adanya penggunaan kekuatan negara untuk membungkam kritik. Kasus Munir hingga kini belum sepenuhnya terpecahkan, dan pencarian keadilan terus bergulir. Berbagai pihak menilai bahwa ada kepentingan besar di balik tragedi ini, yang harus dibongkar agar justice dapat ditegakkan.
Lebih dari satu dekade setelah kematian Munir, Haris Azhar tetap melanjutkan tugasnya. Ia memimpin banyak kampanye dan demonstrasi untuk menegakkan konsep keadilan sosial dan HAM di Indonesia. Haris sering kali menjadi suara bagi mereka yang tidak memiliki kekuatan untuk berbicara, berusaha menggapai keadilan bagi para korban pelanggaran HAM. Namun, hal ini tidak datang dengan mudah. Ancaman dan intimidasi yang dihadapi Haris membuatnya harus lebih berhati-hati dalam setiap langkah yang diambil.
Keduanya, Munir dan Haris, memiliki jejak yang dijadikan pelajaran berharga namun juga menjadi pengingat akan pengorbanan yang harus dibayar oleh para pejuang HAM. Mereka tidak hanya berjihad untuk keadilan, tetapi juga berhadapan langsung dengan sistem yang tidak jarang berusaha menghapus jejak-jejak kebenaran. Dalam perjuangan mereka, terlihat betapa perlunya perlindungan terhadap aktivis HAM agar suara mereka tidak lenyap begitu saja.