Ketika melihat lebih dalam pada fenomena ini, kita menyadari bahwa kontrol budaya melalui musik dapat berimplikasi besar terhadap cara masyarakat berpikir dan bertindak. Musik bukan hanya berfungsi sebagai medium seni, tetapi juga sebagai alat untuk membentuk opini publik dan menjaga kekuasaan. Dengan memanfaatkan kekuatan emosional yang dimiliki musik, pemerintah dapat menjangkau generasi muda dan kelompok masyarakat yang lebih luas, mengarahkan mereka untuk menerima pesan-pesan yang terkandung dalam lagu-lagu yang mereka dengar.
Singkatnya, musik propaganda bukanlah fenomena baru. Sebagai alat kontrol budaya, musik yang digunakan dalam konteks politik menunjukkan bagaimana seni dan politik dapat saling mempengaruhi. Ketika musik digaungkan untuk kepentingan politik, kita perlu lebih kritis dalam menganalisis pesan yang disampaikan dan potensi pengaruhnya terhadap masyarakat.