Tanda-tanda bencana besar akibat perubahan iklim sudah mulai muncul di seluruh dunia, dan para ilmuwan terus-menerus memperingatkan tentang perlunya kebijakan pengurangan emisi guna mencegah potensi kiamat di Bumi. Salah satu indikator yang paling jelas terlihat adalah melalui perubahan yang terjadi pada daun pohon. Proses pemanasan global yang terus berlangsung dapat merusak hutan tropis, yang dikenal sebagai paru-paru dunia, dan berpotensi membuat manusia kesulitan bernapas di masa depan.
Hutan tropis memiliki peran vital dalam menjaga keseimbangan udara di planet ini. Melalui proses fotosintesis, pohon-pohon menyerap karbon dioksida (CO2) dan melepaskan oksigen (O2) ke atmosfer, yang sangat penting untuk mendukung kehidupan. Pohon-pohon di hutan tropis biasanya menyerap air melalui akarnya dan terpapar sinar matahari yang memungkinkan fotosintesis berlangsung. Namun, dengan meningkatnya suhu global, proses ini terganggu karena matahari yang semakin terik, menyebabkan suhu yang terlalu panas bagi pohon-pohon tersebut, yang akhirnya dapat menghentikan proses fotosintesis.
Sebuah penelitian yang dipimpin oleh Gregory Goldsmith dari Chapman University di California bersama timnya, mengungkapkan bahwa beberapa bagian hutan tropis mulai mendekati batas suhu yang mengganggu proses fotosintesis. Hal ini menunjukkan bahwa pemanasan global dapat mengancam kelangsungan hidup ekosistem hutan tropis.
“Studi kami menunjukkan bahwa dedaunan di hutan tropis di waktu dan tempat tertentu telah melampaui batas suhu kritis yang diperlukan untuk fotosintesis,” ujar Goldsmith dalam penelitian tersebut. Meskipun pohon-pohon hutan tropis dapat berfotosintesis hingga suhu 46,7°C, kemampuan mereka untuk bertahan di suhu tersebut sangat bergantung pada berbagai faktor, seperti populasi hutan, jumlah daun, dan kanopi yang ada.