Simulasi tersebut juga memperkirakan bahwa jika pemanasan global terus berlanjut dan mencapai kenaikan suhu sebesar 3,9°C, maka seluruh hutan tropis bisa kehilangan kemampuannya untuk mendukung kehidupan. Daun-daun akan mengering, dan pohon-pohon akan mati satu per satu, menandakan bencana ekologis yang besar.
Namun, para peneliti juga menekankan bahwa perhitungan ini hanyalah sebuah probabilitas. Mungkin saja, dampak yang lebih parah dapat terjadi pada suhu yang berbeda. Oleh karena itu, mereka menekankan pentingnya pengurangan emisi gas rumah kaca dan penanggulangan deforestasi untuk melindungi hutan tropis yang menjadi penopang kehidupan di Bumi.
Sementara konflik dan perang berlangsung di berbagai belahan dunia, kita tidak boleh melupakan bahwa Bumi adalah satu-satunya rumah yang kita miliki. Perubahan iklim bukan hanya soal lingkungan, tetapi juga soal masa depan kita. Isu perubahan iklim sama pentingnya dengan upaya untuk menciptakan perdamaian, karena kesehatan planet kita mempengaruhi kehidupan setiap individu di muka bumi.
Jika kita tidak segera mengambil tindakan yang diperlukan untuk mengurangi emisi dan melindungi hutan, tanda-tanda "kiamat" akibat pemanasan global akan semakin nyata. Hutan tropis, yang selama ini menjadi paru-paru dunia, akan semakin terancam, dan kita mungkin tidak dapat lagi merasakan manfaat besar dari keberadaan mereka.