Sejak 2022, laporan baru dari Bank Dunia menunjukkan bahwa sebanyak 400 juta siswa di seluruh dunia terdampak penutupan sekolah akibat cuaca ekstrem. Anak-anak di negara-negara berpendapatan rendah menjadi kelompok yang paling terdampak, menyita perhatian dunia terhadap kondisi mereka. Mereka kehilangan 18 hari sekolah hilang setiap tahunnya akibat cuaca ekstrem. Bandingkan dengan anak-anak di negara yang lebih kaya kehilangan 2,4 hari sekolah akibat cuaca ekstrem.
Perubahan iklim telah menimbulkan cuaca ekstrem yang tidak hanya mengancam lingkungan, tetapi juga mengganggu sistem pendidikan. Banjir, badai, kekeringan, dan bencana alam lainnya memiliki dampak yang cukup signifikan terhadap kehidupan sehari-hari anak-anak di seluruh dunia. Penutupan sekolah akibat perubahan iklim ini menunjukkan bagaimana ancaman terhadap lingkungan dapat berdampak langsung pada akses pendidikan anak-anak.
Negara-negara berpendapatan rendah menjadi yang paling terdampak akibat ketidakmampuan infrastruktur mereka dalam menghadapi bencana alam. Sebagian besar sekolah di negara-negara ini tidak dilengkapi dengan fasilitas yang aman untuk bertahan dari bencana alam, membuat siswa dan tenaga pendidik mereka menjadi sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim. Akibatnya, banyak sekolah di negara-negara ini terpaksa ditutup untuk jangka waktu yang tidak terbatas, berdampak langsung pada proses pendidikan anak-anak.