Radioaktif seringkali digambarkan sebagai ancaman mengerikan yang tak kasat mata, memicu ketakutan massal, terutama setelah bencana-bencana seperti Chernobyl dan Fukushima. Namun, radioaktif juga merupakan bagian tak terpisahkan dari alam dan memiliki peran penting dalam berbagai aspek kehidupan modern, dari dunia medis hingga energi. Lalu, seberapa besar efek radioaktif sebenarnya? Dampaknya sangat bergantung pada tiga faktor utama: jenis radiasi, tingkat paparan, dan durasi paparan. Pemahaman yang benar tentang hal ini penting untuk memisahkan mitos dari fakta.
Radiasi di Sekitar Kita: Paparan Alami dan Buatan
Sebelum membicarakan bahaya, penting untuk tahu bahwa kita hidup dalam lautan radiasi. Ada radiasi alami dari alam semesta (sinar kosmik), dari tanah dan batuan (seperti radon), bahkan dari dalam tubuh kita sendiri (kalium-40). Paparan radiasi alami ini umumnya sangat rendah dan tidak berbahaya. Selain itu, ada juga radiasi buatan yang kita temui sehari-hari, seperti dari sinar-X di rumah sakit, detektor asap, atau televisi tabung lama.
Efek radioaktif baru menjadi berbahaya ketika paparan radiasi berada di atas ambang batas yang aman. Radiasi yang kita bicarakan di sini adalah radiasi pengion, yaitu radiasi yang punya energi cukup besar untuk melepaskan elektron dari atom. Jenis radiasi ini termasuk sinar-X, sinar gamma, serta partikel alfa dan beta. Radiasi pengion dapat menembus materi dan merusak sel-sel hidup, yang menjadi inti dari bahaya radioaktif.