Sistem seleksi penerimaan siswa Sekolah Garuda pun berbeda dengan sekolah negeri biasa. Tidak ada zonasi. Penerimaan dilakukan secara terpusat agar siswa dari berbagai daerah dapat berbaur, mulai dari Nabire, Soe, hingga Belitung Timur. Penerimaan didasarkan pada dua prinsip utama, yaitu kondisi ekonomi dan prestasi.
Sebanyak 80 persen siswa akan mendapat beasiswa penuh, khususnya yang berasal dari keluarga kurang mampu. Sementara 20 persen lainnya adalah siswa berbayar, agar terjadi keseimbangan sosial dan interaksi antara siswa dari latar belakang ekonomi berbeda.
“Kami ingin supaya anak-anak dari ekonomi menengah dan ekonomi bawah bisa saling mengenal dan berteman dengan anak-anak dari ekonomi atas,” jelas Stella.
Mengenai penyandang disabilitas, sekolah ini juga membuka akses yang sama tanpa kuota khusus. Semua siswa akan diperlakukan setara dengan prinsip inklusif.
Kemendikti Saintek menargetkan pembangunan 40 Sekolah Unggulan Garuda hingga tahun 2029, tersebar di hampir seluruh provinsi di Indonesia dan menggunakan Kurikulum Internasional (International Baccalaureate/IB). Seluruh biaya pendidikan digratiskan bagi siswa yang memenuhi kriteria dan berasal dari keluarga kurang mampu.