Tampang

Mengenal Logical Fallacy: Jebakan Berpikir dalam Argumen

5 Jul 2025 21:19 wib. 10
0 0
Berpikir
Sumber foto: Canva

Dalam setiap diskusi, perdebatan, atau bahkan percakapan sehari-hari, kita sering kali dihadapkan pada berbagai bentuk argumen. Tujuannya adalah untuk meyakinkan, menjelaskan, atau mencari kebenaran. Namun, tidak semua argumen dibangun di atas fondasi yang kokoh. Ada kalanya, argumen tersebut mengandung kecacatan dalam penalaran, yang dikenal sebagai logical fallacy atau sesat pikir. Mengenali logical fallacy bukan hanya tentang memenangkan perdebatan, tetapi lebih penting lagi, tentang mengasah kemampuan berpikir kritis dan menghindari manipulasi.

Apa Itu Logical Fallacy?

Secara sederhana, logical fallacy adalah kesalahan dalam struktur atau isi sebuah argumen yang membuatnya tidak valid atau tidak logis, meskipun pada pandangan pertama mungkin terlihat meyakinkan. Ini adalah "jebakan" yang membuat penalaran kita melompat ke kesimpulan yang tidak didukung oleh premis yang ada. Fallacy bisa terjadi secara sengaja untuk mengelabui, tetapi lebih sering terjadi karena ketidaksengajaan atau kebiasaan berpikir yang kurang teliti. Memahami logical fallacy membantu kita mengidentifikasi kelemahan dalam argumen orang lain dan, yang lebih penting, menguatkan argumen sendiri.

Beberapa Bentuk Logical Fallacy yang Umum Ditemukan

Ada banyak jenis logical fallacy, masing-masing dengan karakteristiknya sendiri. Mengenali beberapa yang paling umum dapat sangat membantu dalam navigasi diskusi.

1. Ad Hominem: Menyerang Pembicara, Bukan Argumen

Ini adalah salah satu fallacy yang paling sering dijumpai. Alih-alih membantah argumen atau ide yang disampaikan, seseorang yang menggunakan ad hominem justru menyerang karakteristik pribadi, reputasi, atau motif orang yang menyampaikan argumen tersebut.

Misalnya, jika seseorang berargumen tentang pentingnya menjaga lingkungan dan orang lain menanggapi dengan, "Dia bicara soal lingkungan, padahal dulu dia pernah membuang sampah sembarangan," ini adalah ad hominem. Apakah orang tersebut pernah membuang sampah sembarangan tidak relevan dengan validitas argumennya tentang pentingnya menjaga lingkungan. Fokus harus pada isi argumen, bukan pada siapa yang mengatakannya.

<123>

#HOT

0 Komentar

Belum ada komentar di artikel ini, jadilah yang pertama untuk memberikan komentar.

BERITA TERKAIT

BACA BERITA LAINNYA

POLLING

Dampak PPN 12% ke Rakyat, Positif atau Negatif?