2. Straw Man: Membangun "Orang-orangan Sawah"
Straw man fallacy terjadi ketika seseorang salah merepresentasikan atau memutarbalikkan argumen lawan bicara agar lebih mudah diserang, mirip dengan membangun orang-orangan sawah lalu merobohkannya. Argumen yang sebenarnya tidak pernah disampaikan, tetapi versi yang dipelintir itulah yang diserang.
Contoh: Seseorang mengatakan, "Menurut saya, anak-anak harus mengurangi waktu bermain gadget." Lalu dibalas, "Oh, jadi Anda ingin anak-anak hidup di zaman batu tanpa teknologi sama sekali? Itu konyol!" Ini adalah straw man. Argumen asli adalah tentang pengurangan waktu, bukan larangan total atau kembali ke "zaman batu".
3. Appeal to Authority (Ad Verecundiam): Mengandalkan Otoritas yang Tidak Relevan
Fallacy ini terjadi ketika seseorang mengklaim sebuah argumen benar hanya karena diucapkan oleh figur otoritas, tanpa mempertimbangkan apakah otoritas tersebut relevan atau apakah ada bukti pendukung lainnya.
Misalnya, mengklaim bahwa sebuah produk kecantikan efektif hanya karena seorang selebriti terkenal mengiklankannya. Selebriti tersebut mungkin ahli di bidang akting, tetapi bukan otoritas dalam ilmu dermatologi atau formulasi produk kecantikan. Mengutip seorang ahli fisika tentang masalah ekonomi juga bisa menjadi appeal to authority jika keahlian mereka tidak bersinggungan langsung.
4. False Dilemma (Either/Or Fallacy): Hanya Ada Dua Pilihan
False dilemma terjadi ketika sebuah argumen menyajikan hanya dua pilihan sebagai satu-satunya kemungkinan, padahal sebenarnya ada lebih banyak opsi. Ini memaksa pendengar untuk memilih di antara dua ekstrem, mengabaikan nuansa atau alternatif lain.
Contoh: "Kita harus mendukung proyek pembangunan ini sepenuhnya, atau kita akan tetap menjadi negara tertinggal." Argumen ini mengabaikan kemungkinan adanya proyek pembangunan lain, atau bahwa ada cara lain untuk maju selain dengan mendukung proyek spesifik tersebut secara penuh. Realitas seringkali lebih kompleks daripada sekadar "hitam atau putih."