Kerentanan terhadap erosi diperparah oleh hilangnya ekosistem pesisir alami yang berfungsi sebagai pelindung. Terumbu karang, hutan bakau, dan padang lamun adalah benteng pertahanan alami terhadap gelombang dan badai. Terumbu karang berfungsi sebagai pemecah gelombang, hutan bakau mengikat sedimen dan melindungi garis pantai, sementara padang lamun menstabilkan dasar laut. Sayangnya, ekosistem ini kini menghadapi tekanan besar. Peningkatan suhu air laut menyebabkan pemutihan karang yang meluas, polusi merusak padang lamun, dan penebangan hutan bakau untuk lahan pertanian atau perumahan menghilangkan pelindung alam yang krusial ini. Tanpa pelindung ini, daratan menjadi terbuka dan rentan terhadap kekuatan laut.
Keterbatasan Geografis dan Ketergantungan Hidrologis
Secara geografis, negara-negara kepulauan memiliki keterbatasan lahan yang ekstrem. Populasi dan infrastruktur terkonsentrasi di area pesisir yang rendah karena akses ke laut yang vital untuk kehidupan, ekonomi, dan transportasi. Keterbatasan ruang ini membuat mereka tidak bisa begitu saja "pindah" ke daratan yang lebih tinggi saat ancaman tiba. Proses adaptasi seperti membangun tanggul laut atau mereklamasi lahan sangat mahal dan tidak selalu efektif.
Selain itu, negara-negara ini juga sangat bergantung pada pasokan air tawar yang terbatas. Banyak pulau kecil mendapatkan air tawar dari cadangan air tanah di bawah permukaan. Namun, dengan kenaikan air laut, air asin dari laut bisa merembes ke dalam cadangan air tawar ini, sebuah proses yang dikenal sebagai intrusi air asin. Fenomena ini mencemari sumur-sumur penduduk dan sumber air minum, menciptakan krisis air bersih yang serius.
Kondisi Sosial dan Ekonomi yang Memperburuk Keadaan