Kerentanan geografis dan lingkungan ini diperparah oleh kondisi sosial dan ekonomi. Banyak negara kepulauan adalah negara berkembang dengan sumber daya terbatas. Mereka tidak memiliki dana atau teknologi yang memadai untuk membangun infrastruktur pertahanan pesisir berskala besar atau membiayai relokasi populasi. Ketergantungan ekonomi pada sektor yang sangat rentan terhadap perubahan iklim, seperti pariwisata dan perikanan, juga membuat mereka sangat rapuh. Hancurnya terumbu karang atau tercemarnya pantai berarti hancurnya industri pariwisata, yang menjadi tulang punggung ekonomi mereka.
Negara-negara kepulauan sering kali menjadi korban dari emisi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh negara-negara industri besar, padahal kontribusi mereka sendiri terhadap emisi sangat kecil. Situasi ini menciptakan ketidakadilan iklim yang mendalam. Mereka harus menanggung konsekuensi dari krisis yang bukan mereka ciptakan.
Proyeksi Masa Depan dan Upaya Mitigasi
Meskipun ancaman kehilangan daratan sangat besar, banyak negara kepulauan yang tidak menyerah. Mereka aktif mengkampanyekan isu ini di forum internasional, menuntut keadilan iklim dan bantuan finansial. Beberapa dari mereka sudah mulai mengambil langkah-langkah mitigasi dan adaptasi, seperti merestorasi hutan bakau, membangun tanggul, dan mengembangkan strategi relokasi yang terencana. Namun, upaya ini butuh dukungan global yang masif.