Tampang.com | Dalam era digital saat ini, budaya Nusantara tengah mengalami transformasi cepat—bukan hanya dalam bentuk pelestarian, tetapi juga dalam cara budaya dikemas dan dikonsumsi publik. Sayangnya, banyak nilai luhur warisan tradisional kini tergerus karena dibajak untuk kepentingan komersial dan konten semata.
Tarian Adat Dijadikan Gimmick, Makna Mulai Hilang
Dari acara pernikahan mewah hingga konten media sosial, tradisi seperti tari adat, pakaian daerah, hingga ritual keagamaan lokal kerap dijadikan elemen estetika tanpa memperhatikan makna filosofis dan sejarahnya.
“Banyak yang pakai tari Bali atau Minang sebagai pembuka acara, tapi tak tahu maknanya. Ini degradasi budaya yang dibungkus modernitas,” ujar Dira Rantika, antropolog budaya dari Universitas Negeri Yogyakarta.