Sebelum berangkat, Netanyahu menyatakan akan menekankan tema kebijakan luar negeri yang bersifat bipartisan Israel dalam pidatonya. Ia juga menegaskan bahwa negaranya akan tetap menjadi sekutu utama AS di Timur Tengah, tidak peduli siapa pun yang terpilih sebagai presiden AS berikutnya. Hal ini merupakan upaya Netanyahu untuk memastikan bahwa hubungan antara Israel dan AS tetap kuat, tanpa dipengaruhi oleh perubahan kekuasaan di pemerintahan AS.
Dalam konteks yang lebih luas, kunjungan ini memiliki implikasi yang mendalam terhadap dinamika politik di Timur Tengah. Hubungan Israel-AS memainkan peran penting dalam menentukan arah kebijakan luar negeri AS di kawasan tersebut. Oleh karena itu, pertemuan antara Netanyahu dengan Biden dan Harris tidak hanya penting bagi kedua negara tersebut, tetapi juga dapat menjadi faktor penentu dalam situasi politik global.
Netanyahu diharapkan dapat membawa pesan yang jelas dan positif kepada pemerintah AS, serta memperkuat hubungan bilateral antara Israel dan AS. Kunjungan ini juga menjadi kesempatan bagi AS untuk menunjukkan sikapnya terhadap konflik Israel-Palestina, serta memastikan perdamaian dan kestabilan di kawasan tersebut.
Dalam rencana kunjungan ini, upaya bersama untuk mencapai perdamaian yang adil dan abadi di Timur Tengah adalah hal yang tidak hanya diinginkan oleh Israel, tetapi juga menjadi salah satu agenda penting dalam diplomasi AS di kawasan tersebut. Dengan demikian, kunjungan Netanyahu ke AS tidak hanya menjadi simbol hubungan antara kedua negara, tetapi juga menjadi momentum penting dalam mencapai perdamaian di Timur Tengah.