Setelah dilakukan penyelidikan lebih lanjut, polisi menemukan fakta yang mengerikan bahwa istri korban, seorang polwan yang seharusnya menjadi pelindung dan penegak hukum, adalah pelaku di balik kebakaran tersebut. Polwan ini diduga tega membakar suaminya setelah terjadi pertengkaran sengit di antara keduanya. Motif di balik perbuatan mengerikan ini masih diselidiki secara intensif oleh pihak berwajib.
Peristiwa ini menciptakan gelombang kecaman dari masyarakat, terutama dari kalangan internal kepolisian sendiri. Tindakan keji yang dilakukan oleh polwan ini menunjukkan betapa kompleks dan berbahayanya persoalan kekerasan dalam rumah tangga. Sebagai penegak hukum, diharapkan polwan maupun polisi lainnya dapat mengatasi konflik rumah tangga dengan cara-cara yang lebih bijaksana dan bertanggung jawab.
Kasus yang menimpa polwan ini juga mengingatkan kita semua akan pentingnya penanganan konflik rumah tangga secara menyeluruh, baik dari segi hukum, pendidikan, maupun pengawasan. Jangan sampai krisis dalam rumah tangga memicu tindakan kekerasan atau perbuatan mengerikan lainnya.
Kejadian ini juga menjadi pelajaran bahwa profesi dan jabatan seseorang tidak mempengaruhi kemampuannya untuk mengendalikan emosi, konflik, atau merespons situasi yang sulit. Kita harus belajar dari kasus ini untuk lebih berhati-hati dalam menangani konflik rumah tangga dan memastikan bahwa tindakan kekerasan tidak pernah menjadi solusi yang benar.