Kemudahan akses informasi juga mempermudah kuliner viral menyebar luas. Dengan adanya internet, orang dapat dengan mudah mencari resep, lokasi restoran, dan ulasan makanan. Tutorial memasak yang dibagikan di YouTube atau Instagram membuat orang tertarik untuk mencoba membuatnya sendiri di rumah. Selain itu, aplikasi pengiriman makanan seperti GoFood, GrabFood, dan ShopeeFood mempermudah orang untuk memesan makanan viral tanpa harus keluar rumah. Semua ini berkontribusi pada penyebaran cepat fenomena kuliner viral.
Tidak hanya itu, aspek budaya dan nostalgia juga sering kali menjadi faktor pendukung. Makanan yang mengingatkan pada masa kecil atau memiliki unsur budaya tertentu sering kali menarik perhatian. Misalnya, kue tradisional yang dikemas dengan cara modern atau makanan dengan cita rasa khas daerah tertentu dapat memicu minat masyarakat. Koneksi emosional yang terbangun dengan makanan tersebut membuatnya lebih mudah menjadi viral.
Namun, tidak semua kuliner viral bertahan lama. Beberapa hanya menjadi tren sesaat sebelum tergantikan oleh yang baru. Faktor kejenuhan dan perubahan selera masyarakat juga mempengaruhi umur panjang dari sebuah makanan viral. Meski demikian, beberapa makanan berhasil mempertahankan popularitasnya dengan terus berinovasi dan beradaptasi dengan tren yang ada.
Keunikan lain dari kuliner viral adalah bagaimana makanan ini sering kali mencerminkan identitas dan gaya hidup. Makanan vegan yang kreatif, minuman sehat dengan bahan-bahan alami, atau dessert rendah kalori adalah contoh bagaimana makanan dapat mencerminkan tren gaya hidup saat ini. Selain memenuhi kebutuhan rasa, kuliner viral juga sering kali membawa pesan tentang gaya hidup sehat, keberlanjutan, atau keberagaman budaya.